Sinopsis Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis


Sinopsis Novel Jalan Tak Ada Ujung
Karya Mochtar Lubis

Diceritakan seorang Guru bernama Guru Isa yang memiliki seorang istri bernama Fatimah,. Mereka sudah lama menikah, namun mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Hal ini disebabkan Guru Isa menderita impoten. Maka atas persetujuan bersama, mereka mengangkat seorang anak laki-laki yang bernama Salim sebagai anak. Penyakit Impoten Guru Isa membuatnya malu dan minder, terutama kepada idtrinya.
Guru Isa mempuyai teman seorang pejuang bernama Hazil, Hazil selalu mengajak kepada Guru Isa agar ikut berjuang melawan penjajah bersama dengan pejuang lainnya, guru Isa dan Hazil mempunyai hobi yang sama yaitu bermain bola. Pergaulan mereka semakin hari semakin akrab, ketika Guru Isa diajak ikut berjuang. Guru Isa menolaknya karena penyakitnya, Guru Isa tidak berani. Ia paling tidak suka kekerasan dan paling benci melihat orang berkelahi dan saling bunuh.
Kemudian Hazil menyuruh Guru Isa sebagai kurir saja, dan tidak ikut berperang. Karena ia seorang guru yang tak bakal dicurigai. Guru Isa pun menerima tawaran itu, ia bertugas  mengantar senjata dan surat-surat kepada rekan seperjuangannya. Guru Isa melakukan pekerjaan itu dengan terpaksa, akibat tekanan dari Hazil, dan desakan dari istrinya yang mendukungnya untuk ikut berjuang. Guru Isa selalu bermimpi buruk yang terus menghantuinya. Meskipun ia ingin selalu bersama isterinya, namun tugas sebagai agen rahasia itu dirasanya cukup berat.Guru Isa dan Hazil mendapat bantuan dari Tuan Hamidi. Mereka harus membawa senjata-senjata yang diperlukan. Bertiga dengan sopir, mereka menuju Manggarai. Di sana senjata tersebut ditunggu oleh Rahmat, Ontong dan kawan-kawan. Guru Isa menyaksikan sendiri, bahwa di sana Ontong bersama 2 teman lainnya melakukan pembunuhan yang keji terhadap dua orang Tionghoa yang dianggap sebagai mata-mata musuh. Ketakutan dan kengerian sangat mengganggu jiwa Guru Isa. Maka Guru Isa mengusulkan kepada Hazil agar Ontong dan kawannya diberantas saja, sebab ia berpendapat tak baik mencampuradukan perjuangan dan pembunuhan. Hazil tak dapat berbuat apa-apa.
Pada bulan Januari Rahmat mengantarkan surat Hazil untuk Guru Isa. Saat membaca surat dari Karawang itu, Guru Saleh, teman Guru Isa datang. Guru Saleh mengabarkan bahwa dia akan mengungsi, karena tak betah dengan kerusuhan dan kekacauan di daerah tempat tinggalnya. Mendengar hal itu Guru Isa ikut bergembira, sebab ternyata temannya sendiri juga takut kepada revolusi. Ia pun timbul niat untuk mengungsi.
Hazil mengatakan bahwa banyak orang melakukan pembunuhan dengan kedok perjuangan hanya untuk mencari keuntungan sendiri. Pembunuhan kejam dan tak beralasan banyak dilakukan laskar rakyat. Selama sebulan Hazil menghilang, karena dicari oleh Nefis dan Vield, sekutu Inggris. Kebimbangan dalam hati Hazil muncul. Namun segera ditetapkan hatinya, Jalan yang tak ada ujung, yang telah dipilihnya harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Ia kembali ke Jakarta.
Guru Isa harus menerima tugas baru sebagai pemegang dana untuk Jakarta. Meskipun dengan susah payah ia menolaknya, namun karena didesak, ia pun tak kuasa, Penggeladahan oleh Serdadu-serdadu Nica di daerah itu semakin gencar. Penduduk semakin gelisah. Mereka pun mengungsi, termasuk Tuan Hamidi. Guru Isa pun ingin mengungsi. Ia mengajak Fatimah, namun istrinya menolaknya. Karena kegelisahan jiwa yang terus beruntun, maka Guru Isa pun jatuh sakit. Hazil sering berkunjung ke rumah Guru Isa. Maka terjadilah hubungan asmara antara Hazil dan Fatimah. Akhimya perbuatan itu pun diketahui Guru Isa, ketika ia menemukan pipa rokok Hasil di bawah bantal. Guru Isa sangat marah, namun ia tak dapat berbuat apa-apa.
Hazil, Rahmat dan kawan-kawan semakin berani melakukan penyerangan kepada Belanda. Mereka merencanakan akan melempar granat. Guru Isa perlu ikut untuk menyaksikan apakah mereka berhasil tertangkap ataukah tertembak mati di tempat itu, lalu ia harus melaporkan hasilnya. Bila mereka tidak berhasil, maka Guru Isa akan terus pulang, dan menunggu hingga salah seorang dari mereka datang padanya. Jika dalam tempo dua hari Guru Isa tidak mendapat kabar, maka itu berarti bahwa mereka tertangkap. Guru Isa harus melaporkannya ke markas di Krawang.
Seminggu setelah penyerangan itu, Guru Isa membaca koran bahwa salah seorang pelempar granat tangan tertangkap. Guru Isa panik. Tubuhnya kaku dan dingin, kemudian ia pingsan. Setelah siumam ia berpikir, siapakah sebenarnya yang tertangkap: Hazil ataukah Rahmat. Apakah dia juga akan tertangkap? Hari ketiga setelah peristiwa itu datang polisi militer menangkapnya. Ia pun dijebloskan ke dalam penjara. Di dalam tahanan itu ia bertemu dengan Hazil yang telah rusak tersiksa. Betapa kecewanya Guru Isa ketika mengetahui Hazil telah berkhianat hanya karena tidak tahan menerima siksaan. Kekaguman Isa terhadap Hazil luntur sudah. Ia bahkan kini menjadi tidak takut lagi menghadapi siksaan yang akan diterimanya. Isa mulai dapat menepis ketakutan-ketakutan yang sering menghantuinya. Di saat itu pula, kelaki-lakiannya yang selama ini mati justru muncul kembali. Ia merasakan darah mengaliri dirinya. Membuat dia percaya diri, dan impotensinya hilang.

1 komentar:

Unknown mengatakan... on 19 April 2012 pukul 05.16

maaf de, itu bacaannya ga terlalu keliatan. tolong wallp nya diubah ya, untuk kenyamanan pembaca blog kmu jg :) thanks

Posting Komentar